Sentani, Mambruks.com – Musibah kebakaran yang menimpa 436 pedagang di Pasar Pharaa Sentani pada Jumat (6/1), diduga akibat korsleting listrik dari los sembako yang berada diujung bagian barat Pasar.
Salah satu petugas keamanan di Pasar Baru, Petrus Tokoro menjelaskan bahwa api bermula dari salah satu los sembako yang ditinggal pemiliknya tanpa memutuskan aliran listrik di dalam los tersebut yang diduga memicu terjadi korselting listrik hingga mengakibatkan nyala api yang tiba-tiba membesar dari dalam los tersebut dan menyebar serta merembat dengan cepat ke los dan kios yang terdekat dengan los tersebut.
“Kami berusaha untuk padamkan api, tetapi tidak ada tempat air yang terdekat, sore kemarin itu angin sangat kencang dan api dengan leluasanya menyebar ke los dan kios lain,” kata Petrus di Pasar Baru Sentani, Sabtu (7/1).
Menurutnya, bangunan los atau kios yang menggunakan bahan tripleks memudahkan api untuk menyebar dengan cepat, ditambah dengan tiupan angin yang kencang.
“Ada ratusan los disini, dan semuanya tidak sempat menyelamatkan barang-barang mereka karena panik dan berlarian keluar lokasi pasar untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Saya dan beberapa teman sempat berusaha memadamkan kobaran api, bahkan pakaian kami dibadan juga sempat terbakar,” jelasnya.
Nurdin, salah satu pedagang barang kelontongan mengaku tidak sempat menyelamatkan barang dagangannya akibat api yang merembet dengan cepat.
“Setengah jam saja, semuanya sudah rata. Ada kios barang juga diluar pasar ini, perkiraan kami tidak sampai diluar jalan masuk pasar, ternyata dugaan kami salah. Untungnya sebagian barang di kios kami selamatkan dan sebagian besar serta bangunan kios habis terbakar,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Rasmawiyah. Menurutnya kebakaran pasar ini kali kedua yang dirasakannya.
“Kebakaran pertama yang menimpa Pasar Baru pada 2004 silam masih banyak barang yang bisa diselamatkan, tetapi kebakaran saat ini tidak ada satupun barang dagangan yang bisa di selamatkan karena prosesnya berlangsung dengan cepat,” ungkapnya.