Jakarta, Mambruks.com- Rasa sakit emosional memang kadang terhiraukan oleh diri sendiri. Kita cenderung memantau tubuh dan kesehatan fisik lebih sering daripada perasaan emosional kita.
Misalnya, kamu tidak pernah absen melakukan pemeriksaan fisik tahunan tetapi gagasan untuk melakukan pemeriksaan psikologis sama sekali asing atau sangat amat jarang kamu lakukan.
Baca juga: Kenali Ketakutan yang Berlebihan soal Kehamilan dan Melahirkan
Setuju gak sih kalau kita cenderung bereaksi lebih proaktif terhadap rasa sakit fisik daripada rasa sakit emosional. Selain cedera atau penyakit yang dapat membawa bencana, rasa sakit emosional ternyata sering kali berdampak jauh lebih besar pada kehidupan kita. lho.
Berikut adalah lima alasan rasa sakit emosional lebih buruk daripada rasa sakit fisik, yang makanya butuh penanganan yang juga serius.
Memori memicu rasa sakit emosional
Mengingat saat kita patah kaki tidak akan membuat kaki kita terasa amat sakit seperti kejadian, tetapi mengingat saat kita merasa ditolak atau diputuskan pacar/pasangan akan menyebabkan rasa sakit emosional yang substansial.
Menggunakan rasa sakit fisik sebagai pengalihan
Sebagian orang dewasa memilih melakukan ‘cutting’ atau mengiris tubuh mereka secara dangkal dengan pisau karena rasa sakit fisik yang ditimbulkan dapat mengalihkan rasa sakit emosional mereka.
Rasa sakit fisik mendapat lebih banyak empati
Ketika melihat orang saling tertabrak mobil, kita akan terkesiap atau bahkan berlari untuk melihat keadaan korban. Tetapi ketika kita melihat orang asing diganggu atau diejek, kita mungkin tidak melakukan hal-hal itu.
Studi menemukan bahwa kita secara konsisten meremehkan rasa sakit emosional orang lain tetapi bukan rasa sakit fisik mereka. Selanjutnya, kesenjangan empati untuk rasa sakit emosional ini berkurang hanya jika kita sendiri pernah mengalami rasa sakit emosional yang sama baru-baru ini.
Rasa sakit emosional muncul ‘tidak sesakit’ secara fisik tetapi dampaknya lebih besar
Ketika kita patah kaki karena berlari, rasa sakit fisik meninggalkan sedikit memori (kecuali traumatis secara emosional) sementara rasa sakit emosional meninggalkan banyak ingatan, asosiasi, dan trigger yang mengaktifkan kembali rasa sakit kita ketika kita menghadapinya.
Baca juga: Beberapa Alasan ‘Poverty Porn’ Harus Berhenti
Rasa sakit emosional dapat merusak kesehatan jangka panjang
Rasa sakit fisik harus cukup ekstrem untuk mempengaruhi kepribadian kita dan merusak kesehatan mental kita. Tetapi satu kali rasa sakit emosional dapat merusak kesehatan mental dengan penyembuhan yang cukup lama.
Misalnya, gagal dalam ujian di Perguruan Tinggi dapat menciptakan kecemasan dan ketakutan akan kegagalan. Satu penolakan yang menyakitkan dapat menyebabkan penghindaran dan kesepian selama bertahun-tahun, bullying dapat membuat kita malu dan tertutup sebagai orang dewasa.
Semua alasan ini menjadi penguat mengapa kita harus memberikan perhatian yang sama, bahkan lebih kepada kesehatan emosional kita seperti halnya kesehatan fisik. Sudahkan kamu melakukannya?