Jakarta, Mambruks.com-Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Ribka Tjiptaning tidak sependapat dengan pemerintah yang menyatakan gangguan ginjal akut pada anak disebabkan karena obat sirup.
Menurut pengalamannya sebagai dokter, selama ini, obat jenis sirup sudah digunakan dalam pengobatan anak-anak. Berpuluh tahun obat itu digunakan tidak ada efek samping yang memicu gangguan ginjal akut.
“Izin edar kan dikeluarkan BPOM, artinya sudah melewati uji klinis, uji lab, makanya bisa diedarkan. Kalau penyebabnya obat sirup anakku bisa kena dong,” kata Tjiptaning kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/10).
Anggota Komisi VII DPR RI ini pun mempertanyakan keputusan Kementerian Kesehatan yang mengimpor obat dari Singapura seharga Rp16 juta per vial.
Baca Juga: Cegah Gagal Ginjal Akut Anak, DPR RI Minta BPOM Tarik Obat Sirup dari Pasaran
Kemenkes diketahui sudah mendatangkan obat antidotum dengan merek fomepizole dari Negeri Singa sebanyak 200 vial untuk mengobati pasien gangguan ginjal akut.
“Kenapa sih harus buru-buru membeli obat dari Singapura yang cukup mahal. Apakah itu bisa dicover BPJS Kesehatan. Itu yang perlu dipikirkan,” ujar Tjiptaning.
Lebih lanjut mantan Ketua Komisi Kesehatan DPR RI ini menduga ada persaingan bisnis di tengah kasus gangguan ginjal akut. Sebab, Kemenkes terkesan terburu-buru mengimpor obat dari Singapura.
“Udah lah, ini kan persaingan dagang. kayaknya pengin banget buru-buru impor obat. Kalau memang alasan bisnis, bilang saja alasan bisnis, tapi jangan dibikin alasan yang lain, orang jadi panik,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus Ginjal Akut Anak, Ketua DPD Minta Kemenkes Buka Informasi yang Jelas
Tjiptaning berpesan kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin untuk kembali kepada ajaran Trisakti Bung Karno, yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Manfaatkan obat dari dalam negeri karena bahan bakunya Indonesia punya. Jangan selalu melirik ke barat. Jalankan Trisakti Bung Karno, berdaulat di bidang politik, dalam arti politik kesehatan supaya kita bisa berdikari,” tutup Tjiptaning.