spot_img
ScatteringMengenal Sejarah Batik Bomba yang Dipakai Elon Musk di Forum B20

Mengenal Sejarah Batik Bomba yang Dipakai Elon Musk di Forum B20

Batik yang dikenakan Elon Musk di forum B20 merupakan batik asal Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang bernama batik Bomba.

Must read

Bali, Mambruks.com- Chief Executive Officer (CEO) Tesla dan Twitter, Elon Musk mengenakan batik dalam perbincangan virtual dalam kegiatan B20 bersama Anindya Bakrie.

Batik yang dikenakan itu merupakan batik asal Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang bernama batik Bomba.

Baca juga: Ini Dia Penampakan Joe Biden Tiba di Bali untuk KTT G20

Ilustrasi Batik Bomba, Batik Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa

Melansir dari kumparan, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu, Farid R Yotolembah mengatakan, asal muasal batik Bomba ini sebelumnya ditemukan oleh seorang perempuan yang bernama Marukakuli yang berada di Desa Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, dengan diberi nama Huya Bomba.

Sekitar abad ke-16, Huya Bomba belum menjadi sebuah batik melainkan menjadi sebuah sarung yang dipakai oleh masyarakat pada abad itu.

“Asalnya pertama itu sebenarnya bukan batik, pertama kali itu dibuat sebagai sarung diberi nama kain itu sebagai Huya Bomba atau sarung Bomba,” kata Farid kepada media ini, Senin (14/11).

“Dulu dari kulit daun bomba itu, yang dikembangkan jadi sarung, namun saat ini sudah banyak motif lain seperti sekarang ada motif kelor dan masih banyak lagi,” jelasnya.

Farid mengatakan, waktu pembuatan huya bomba ini juga memerlukan waktu hingga 3 bulan dalam satu sarungnya serta susah untuk di cuci.

“Pembuatannya itu memakan waktu yang lama sampai 3 bulanan dan susah di cuci, cuma harus di kasih angin-angin saja,” katanya.

Baca juga: Apa Keuntungan Indonesia Menjadi Tuan Rumah KTT G20?

Saat ini huya bomba sudah diproduksi menjadi batik dan pada hari-hari besar batik bomba menjadi pakaian yang wajib karena telah masuk dalam perwali. Kini, tempat produksi huya bomba itu sudah punah, Namun sudah banyak dikembangkan daerah lain seperti di Kota Palu, Wani, Donggala dan lainnya.

“Tempat produksi pertamanya itu sudah tidak ada lagi, tapi banyak sudah yang mengembangkan. Contohnya di Palu juga ada di Wani juga ada,” ujarnya.

Anda dapat membaca berbagai berita-berita teraktual kami di platform Google News.

spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Recent

Popular