Bali, Mambruks.com- Umat Hindu di Bali merayakan hari raya Pagerwesi hari ini, Rabu (26/10). Hari raya yang diperingati setelah Saraswati ini memiliki makna yang mendalam bagi pemeluk kepercayaan Hindu, meski perayaannya tak semeriah hari raya Galungan atau Nyepi.
Dalam lontar Sundarigama seperti yang dilansir dari laman PHDI, Pagerwesi yang jatuh pada Buda Kliwon Sinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga.
Diungkapkan oleh, I Gede Suwantana salah satu pengajar Universitas Hindu Negeri, Bali, I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Pagerwesi berarti memagari diri atau magehang awak.
“Hari raya Saraswati yang bermakna turunnya ilmu pengetahuan, pada hari raya Pagerwesi, umat Hindu memakai bahwa pemanfaatan ilmu sebagai sesuatu yang berharga berfungsi sebagai pemagar diri dalam menjalani kehidupan,” ungkapnya.
Baca juga: Pura Giri Putri: Gua Sakral Pemujaan Umat Hindu di Nusa Penida
Makna hari raya Pagerwesi ini menjadi semacam pengingat manusia yang hidup di dunia harus memiliki keteguhan iman, yang berdasarkan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan di jalan kebaikan. Tanpa pengetahuan, mengalami awidya atau kegelapan.
Pagerwesi merupakan hari yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui para guru.
Ilmu pengetahuan itu mengalir, melembaga dalam proses mewujudkan jagadhita.
Guru yang harus dihormati dalam hal ini adalah catur guru.
Catur guru itu, yakni Guru Rupaka (orang tua), Guru Pengajian (guru di sekolah), Guru Wisesa (pemerintah) dan Guru Swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).