Senator Papua Barat, Filep Wamafma, mengkritik sikap PT Freeport Indonesia dan beberapa perusahaan asing lainnya yang beroperasi di Tanah Papua. Menurutnya, perusahaan-perusahaan tersebut mampu menjadi sponsor dalam berbagai kegiatan olahraga, termasuk mendukung tim nasional sepak bola, tapi mereka terkesan enggan atau bahkan tidak mau terlibat dalam mendukung pendidikan di Papua.
“Freeport bisa jadi sponsor buat bola, bahkan ikut mendanai timnas yang kemarin kalah 5-1 di Australia. Coba lihat, logo Freeport ada di mana-mana, menonjol banget! Tapi coba tanya, kapan terakhir kali mereka ngasih sponsor buat pendidikan di Papua? Nggak ada. Mereka cuma mau mendanai pendidikan internal mereka sendiri,” tegas Filep Wamafma, Senator Papua Barat, pada 22 Maret 2025, seperti yang dikutip dari unggahan Facebook Oridek News.
Menurut Filep, apa yang dilakukan Freeport itu justru menunjukkan ketimpangan yang nyata dalam prioritas bantuan yang diberikan kepada Papua. Sebagai perusahaan besar yang telah lama mengeruk kekayaan alam Papua, seharusnya Freeport lebih memperhatikan pembangunan sumber daya manusia di Papua. Salah satunya dengan memberikan beasiswa atau program pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak asli Papua.
Filep juga menegaskan bahwa pendidikan merupakan kunci utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Jika Freeport bisa dengan mudah mengeluarkan dana besar untuk menjadi sponsor di bidang olahraga, seharusnya mereka juga bisa memberikan kontribusi yang sama dalam bidang pendidikan.
“Selama ini Freeport kelihatan cuma peduli sama citra perusahaan mereka. Mereka mau dilihat baik di mata dunia dengan cara mendanai olahraga atau event besar lainnya. Padahal, masalah utama di Papua itu ya pendidikan. Banyak anak-anak yang masih kekurangan akses ke pendidikan yang layak. Jadi, seharusnya mereka juga mengalokasikan dana untuk membantu pendidikan di sini,” lanjut Filep.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan asing di Papua perlu lebih bertanggung jawab dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Tidak hanya mengambil kekayaan alam Papua, tapi juga harus memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan sumber daya manusianya.
Filep Wamafma berharap agar Freeport dan perusahaan asing lainnya lebih peduli terhadap pendidikan di Papua. Dia mengajak perusahaan-perusahaan tersebut untuk tidak hanya memikirkan keuntungan bisnis semata, tetapi juga melihat bagaimana mereka dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat.
“Kalau mereka bisa nyumbang besar buat olahraga, kenapa nggak bisa buat pendidikan? Apa nggak mikir kalau pendidikan itu jauh lebih penting untuk masa depan Papua? Saya harap mereka bisa lebih peka dan mulai mengalokasikan sebagian keuntungan mereka untuk pendidikan di sini,” tutupnya.
Sikap kritis Filep Wamafma ini pun mendapat dukungan dari berbagai pihak yang peduli dengan kesejahteraan masyarakat Papua. Semakin banyak suara yang mengingatkan pentingnya peran perusahaan-perusahaan besar dalam memajukan pendidikan di Papua, yang selama ini masih tertinggal dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Apakah Freeport dan perusahaan asing lainnya akan mendengarkan kritikan ini? Masyarakat Papua tentu berharap agar suara mereka tidak hanya dianggap angin lalu, melainkan benar-benar dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan di masa depan.