spot_img
ScoopKenius Kogoya Sandang Gelar Doktor Antropologi dengan Predikat Cum Laude

Kenius Kogoya Sandang Gelar Doktor Antropologi dengan Predikat Cum Laude

Must read

JAYAPURA – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Papua, Kenius Kogoya raih gelar Doktor bidang Antropologi pada Program Doktor Ilmu Sosial, Universitas Cenderawasih (Uncen) dengan predikat Cum Laude.

Dalam sidang promosi Doktor yang berlangsung di Auditorium Universitas Cenderawasih, Senin (24/10) pagi, Kenius Kogoya membawakan disertasi dengan judul Nasionalisme, Kebudayaan, dan Olahraga : Studi Dampak Penyelenggaraan PON Pada Orang Asli Papua.

Acara dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Cenderawasih Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT dengan menghadirkan Tim Penguji dan Promotor sebanyak 9 orang antara lain, Prof. Dr. H. Zainuddin Amali, SE., M.Si,(Penguji Eksternal) Prof. Dr. Drs. Akbar Silo, MS (Penguji), Prof. Dr. Saharuddin Ita, M.Kes (Penguji), Marlina Flassy, S.Sos., M.Hum., PhD (Penguji), Dr. Fredrik Sokoy, S.Sos., M.Sos (Penguji), Dr. Gerdha K.I. Numberi, S.Sos., M.Si (Penguji), Prof. Dr. Pawennari Hijjang, MA (Promotor), Dr. Akhmad Kadir, M.Hum (Co-Promotor I), Dr. Tri Setyo Guntoro, M.Kes (Co-Promotor II).

Dalam paparan desertasinya, Kenius menegaskan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang diselengarakan pada 2-15 Oktober 2021 di Bumi Cenderawasih membawa dampak positif diberbagai sektor kehidupan masyarakat Papua.

PON XX berhasil menjadi stimulus tumbuhnya Nasionalisme Orang Asli Papua (OAP) kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Even olahraga terakbar di tanah air itu merangsang dan membuat rasa cinta tanah air OAP semakin besar.

“Orang Asli Papua (OAP) juga semakin toleran, terbuka dan membuat mereka menjaga tali persaudaraan, persatuan dan kebersamaan. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air pada OAP tumbuh,”ungkap Kenius Kogoya

Disertasi tersebut dipertahakan pada Sidang Ujian Terbuka (Promosi) Doktor dalam Bidang Kajian Utama Antropologi terhadap Pertanyaan Kritis dan Klarifikasi Tim Penguji, Promotor dan Co-Promotor.

Kenius menjelaskan bahwa penyelenggaraan PON ke-XX di Papua memberikan kontribusi dalam membentuk rasa nasionalisme OAP. Kontribusi tersebut tergambar dari munculnya kesediaan membela negara, rasa bangga pada bangsa, setia pada tanah air, dan mengakui kesatuan wilayah Indonesia.

Disertasi ini membuktikan bahwa adanya even olahraga telah mengikis rasa nasionalisme ganda OAP. Dengan ditetapkannya Papua sebagai tuan rumah PON ke-XX tahun 2021, OAP merasa dihargai, diperhatikan, dan dipercaya oleh negara.

PON menstimulasi rasa nasionalisme yang dibuktikan dengan lahir dan tumbuhnya kesediaan OAP untuk membela dan melindungi negara. Kesediaan membela dan melindungi negara ini muncul dari adanya kepercayaan pemerintah pusat dengan menetapkan Papua sebagai tuan rumah PON ke-XX sebagaimana tertuang dalam SK Menpora nomor 0110 tahun 2014 tentang Penetapan Pemerintah Provinsi Papua sebagai Tuan Rumah Pelaksanaan PON XX Tahun 2020.

Dipercayanya Papua sebagai tuan rumah PON, kata Kenius, memberikan arti yang signifikan bagi OAP. Dengan adanya kepercayaan ini OAP memiliki motivasi untuk membela negara dalam bentuk berkontribusi dalam even PON maupun menjadi perwakilan negara sebagai atlet pelatih ataupun official dalam even atau ajang olahraga nasional dan internasional.

“Jiwa patriotisme lahir dari kesediaan membela negara yang merupakan bentuk kecintaan pada tanah air. Kesediaan bela negara nampak dari kesedian OAP untuk terlibat dan berkontribusi dalam PON. Hal ini menunjukkan sikap rela berkorban. Salah satu faktor pendorong individu untuk bersedia berpartisipasi dalam pembangunan negaranya adalah nasionalisme,” jelasnya.

Dia menegaskan bahwa penyelenggaraan PON ke-XX di Papua telah memberikan kontribusi dalam perubahan kebudayaan OAP yang tercermin dari pandangan hidup, kebiasaan beraktivitas, dan infrastruktur yang berubah dan OAP merasakan perubahan tersebut sangat signifikan.

“PON ke-XX membuat Orang Asli Papua sadar potensi dan tumbuh kultur kompetitif, kemudian berkembang pandangan dan sikap positif pada olahraga. OAP juga memandang olahraga sebagai identitas atau harga diri OAP. PON juga memacu pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dan komunikasi. PON juga menjadi ajang bagi OAP adat serta budayanya,” jelas Kenius.

Dalam disertasinya, Kenius menyampaikan rekomendasi dan implikasi teroritis yakni even olahraga dapat menjadi media untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan juga kultur kompetitif yang positif. Dan media untuk mempromosikan Papua dan budayanya.

Oleh karena even olahraga perlu diselenggarakan lebih sering di Papua agar masyarakat di Papua, terutama generasi muda, dapat fokus kepada hal positif (berprestasi dalam olahraga) sehingga pemikiran dan tindakan negatif seperti keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI dapat terkikis.

“Pemerintah perlu mempertimbangkan penyelenggara even olahraga secara berjenjang. Kemudian infrastruktur yang ada akibat penyelenggaraan PON ke-XX Papua perlu untuk dijaga bersama, sebagai modal berharga untuk memajukan Provinsi Papua terutama dalam bidang olahraga,” tandas Kenius Kogoya.

Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang juga sebagai Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang hadir sebagai Penguji eksternal Kenius Kogoya mengatakan, kedatangannya dalam sidang terbuka tersebut lantaran judul disertasi yang dibawa sangat menarik.

“Judul disertasi yang dipilih sangat menarik, itu kenapa saya ada disini, karena ini hal pertama yang dilakukan dan saya memberi apresiasi kepada Rektor Universitas Cenderawasih dan para promotor yang berani mendorong tema dan judul ini,” pungkas Zainudin Amali.

Anda dapat membaca berbagai berita-berita teraktual kami di platform Google News.

spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Recent

Popular